Wastra Bumi X Sashiko : Saat Tangan Anak Bangsa Menjahit Ulang Masa Depan

Berita

SURABAYASabtu 14 Juni 2025 – Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) sukses menggelar program Creating Shared Value (CSV) bertajuk “Wastra Bumi : From Waste ToWear”, pada Senin (09/06/2025) di Aula Soepoyo, FEB UNAIR, Kampus B, Jl. Airlangga 4 Surabaya. Acara ini mempertemukan dunia pendidikan, komunitas, UMKM, dan pemerintah dalam satu misi bersama: mengubah limbah tekstil menjadi peluang bernilai budaya dan ekonomi.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting, di antaranya Satiah, S.Sos, selaku Ketua Tim Kerja Penyuluhan Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Surabaya, serta Febrina Kusumawati, S.Si., MM, selaku Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kota Surabaya, yang memberikan apresiasi terhadap inisiatif mahasiswa Magister Manajemen UNAIR dalam mendorong praktik keberlanjutan secara konkret.

Sesi talkshow menghadirkan diskusi mendalam bersama para pembicara dari latar belakang akademisi, pengusaha muda, danpelaku ekonomi kreatif. Para narasumber membahas potensi besar teknik Sashiko—seni tambal sulam khas Jepang—sebagai solusi bagi masalah limbah tekstil sekaligus sebagai pendekatan berbasis budaya yang dapat dikembangkan menjadi model bisnis sosial di Indonesia.

Salah satu bagian paling membekas dari acara ini adalah karya para siswa SMK yang telah mengikuti workshop Sashiko sebelumnya. Karya mereka, mulai dari tas hasil tambal sulam hingga aksesori tekstil, sukses mencuri perhatianpengunjung dan berhasil menarik minat dari berbagai kalangan untuk dibeli. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa para siswa SMK telah memiliki kemampuan teknis yang mumpuni, dan siap bersaing jika diberi ruang serta dukungan berkelanjutan.

Dalam wawancara usai acara, beberapa siswa menyampaikan kebanggaan dan harapan mereka. Bagi mereka, keterlibatandalam proyek ini adalah pengalaman pertama menampilkan karya di hadapan publik luar sekolah, dan keberhasilan karya mereka diminati memberi dorongan kepercayaan diri. Namun, mereka juga menekankan bahwa keberlanjutan pelatihan dan dukungan dari pihak kampus, pemerintah, serta pelaku industri sangat dibutuhkan agar keterampilan mereka tidakhanya berhenti sebagai tugas kelas, tetapi menjadi bekal masa depan yang menjanjikan.

“Senang sekali karya kami dilihat dan dihargai, apalagi sampai ada yang tertarik membeli. Tapi kami masih butuh bimbingan lanjutan. Harapannya, ke depan kami bisa bekerja sama dengan kampus atau UMKM agar tetap bisa belajar dan berkreasi,” ungkap salah satu siswa peserta workshop.

Respon positif juga datang dari berbagai komunitas kampus. Sejumlah himpunan mahasiswa dan komunitas lokalmengaku tertarik mengadopsi teknik Sashiko dalam bentuk kaos atau jaket komunitas bertema keberlanjutan. Di sisi lain, beberapa sponsor turut membuka peluang kolaborasi untuk menjadikan motif Sashiko sebagai desain utama dalam souvenir promosi perusahaan berbasis prinsip ramah lingkungan.

Acara ini ditutup dengan prosesi simbolik peresmian Komunitas Wastra Bumi Sashiko, yang ditujukan sebagai wadahuntuk mempertemukan para pegiat, peminat, dan pendukung praktik tekstil berkelanjutan. Proses peresmian dilakukan oleh jajaran pimpinan MM FEB UNAIR bersama para pembicara dan mitra kolaborator, sebagai bentuk komitmen terhadap inisiatif jangka panjang yang mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya di sektor pendidikan, lingkungan, dan industri kreatif.

Dengan berlangsungnya kegiatan ini, Wastra Bumi tidak hanya menjadi ruang pamer hasil kreativitas, tetapi juga titikawal untuk membuka jalur kolaborasi strategis—antara siswa SMK, akademisi, pemerintah, dan pelaku industri—dalammembangun masa depan yang lebih lestari dan inklusif.

Baca Berita Menarik Lainnya di Google News