
Vatikan, Minggu 16 November 2025 – Vatikan pada hari Sabtu (16/11), mengembalikan 62 artefak bersejarah, termasuk sebuah kayak Inuit ikonik, kepada masyarakat Pribumi Kanada. Tindakan ini merupakan bagian dari perhitungan Gereja Katolik atas perannya dalam menekan budaya Pribumi di Amerika selama era kolonial
Paus Leo XIV secara simbolis menyerahkan artefak-artefak-yang diambil dari koleksi etnografi Museum Anima Mundi Vatikan-serta dokumen pendukungnya kepada delegasi Konferensi Waligereja Katolik Kanada (CCCB) dalam sebuah audiensi. Menurut pernyataan bersama, pengembalian ini adalah “tanda nyata dialog, rasa hormat, dan persaudaraan.”
Mayoritas benda yang dikembalikan ini dikirim ke Roma oleh misionaris Katolik untuk pameran besar pada Tahun Suci 1925. Meskipun Vatikan menegaskan benda-benda tersebut adalah “hadiah” kepada Paus Pius XI, para sejarawan dan kelompok Pribumi telah lama mempertanyakan apakah pemberian tersebut dilakukan secara sukarela, mengingat ketidakseimbangan kekuasaan pada saat itu
Ordo-ordo Katolik turut serta dalam kebijakan asimilasi paksa pemerintah Kanada yang bertujuan menghilangkan tradisi Pribumi, yang disebut sebagai “genosida budaya”
Negosiasi pengembalian ini dipercepat setelah Paus Fransiskus pada tahun 2022 bertemu dengan para pemimpin Pribumi Kanada. Pada pertemuan tersebut, para pemimpin Pribumi meminta pengembalian artefak setelah diperlihatkan koleksi tersebut. Fransiskus kemudian menyatakan dukungan untuk pengembalian barang-barang koleksi Vatikan berdasarkan kasus per kasus.
Pengembalian artefak ini, yang terjadi tepat 100 tahun setelah pameran 1925, melengkapi “perjalanan” yang juga mencakup penolakan resmi Vatikan pada tahun 2023 terhadap “Doktrin Penemuan”, teori abad ke-15 yang melegitimasi perampasan tanah Pribumi
Artefak-artefak tersebut dijadwalkan dibawa terlebih dahulu ke Museum Sejarah Kanada di Gatineau, Quebec, di mana para ahli dan komunitas Pribumi akan bekerja sama untuk mengidentifikasi asal dan langkah selanjutnya bagi pemeliharaan benda-benda budaya ini
sumber: abc news