Trenggalek, 20 Agustus 2024, Menghadapi kekhawatiran punahnya spesies langka tukik Penyu Lekang, dua guru besar dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Prof. Anik Marinah Hariati dan Prof. Gede Raka Wiadya, melakukan adopsi terhadap 500 ekor tukik Penyu Lekang. Tukik-tukik ini kemudian dilepasliarkan di kawasan konservasi Pantai Taman Kili-Kili. Pantai Taman Kili-Kili di Kabupaten Trenggalek menjadi salah satu kawasan konservasi penting bagi kelangsungan hidup Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea).
Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, Prof. Anik Marinah Hariati, Senin (20/8/2024) mengungkapkan, kepuasannya setelah terlibat dalam program adopsi ini. “Saya merasa lega bisa berkontribusi langsung dalam upaya konservasi untuk menyelamatkan penyu dan menjaga keseimbangan ekosistem alam,” ujarnya.
Kegiatan konservasi penyu di Pantai Taman Kili-Kili diinisiasi oleh POKMASWAS, yang dibentuk pada tahun 2010. Menurut Sukandar, pembina POKMASWAS Jawa Timur, penjualan telur dan daging penyu di pasar lokal Desa Wonocoyo dahulu cukup sering terjadi. Namun, setelah masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga ekosistem, perdagangan tersebut mulai berkurang. “Hal ini diperkuat dengan terbentuknya kelompok sadar lingkungan yang fokus pada penyelamatan telur dan tukik,” tambahnya.
POKMASWAS secara resmi dibentuk oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek, Ir. Cusi Kurniawati, M.Si., berdasarkan SK No. 188.45/436/406.056/2011 pada 6 April 2011. Saat ini, POKMASWAS beranggotakan lima orang, dengan Ari Gunawan sebagai ketua, Eko Margono sebagai sekretaris, serta Yudi Sudarmanto, Eka Agustina, dan Jalimanto sebagai anggota.
Sejak Januari 2012, kelompok ini bersama mahasiswa FPIK UB melakukan patroli, pengawasan, dan pencatatan jumlah penyu yang naik ke darat. Telur-telur yang ditemukan kemudian dipindahkan ke sarang semi-alamiah yang lebih aman hingga menetas. Tukik-tukik yang berhasil menetas dilepasliarkan kembali ke laut.
Hingga Desember 2023, tercatat sebanyak 53.516 telur, dengan 42.411 di antaranya berhasil menetas, mencapai tingkat penetasan sebesar 79%. Pada periode Januari hingga Juni 2023, tercatat 147 ekor penyu mendarat untuk bertelur dengan total 11.369 telur, jumlah ini mengalami peningkatan tiga kali lipat dari periode tahun sebelumnya, yaitu 2012 hingga 2023.
Melihat peningkatan ini, melalui SK Gubernur Jawa Timur No. 188/39/KPTS/013/2020 tertanggal 7 Februari 2020, Pantai Taman Kili-Kili ditetapkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE). Pemerintah juga berencana menjadikan pantai ini sebagai Kawasan Hutan Dengan Perlindungan Khusus (KHDPK).
Untuk mendukung pengembangan dan keberlanjutan wisata bahari, tim multi-fakultas dari Universitas Brawijaya melaksanakan program Doktor Mengabdi di Desa Wonocoyo. Dalam program ini, mereka menyerahkan seperangkat alat pembuat kopi dan memberikan pelatihan cara pembuatannya kepada masyarakat pesisir. Diharapkan, warung kopi yang dikelola oleh masyarakat setempat dapat meningkatkan kenyamanan wisatawan yang menikmati udara segar dan pemandangan indah di pantai tersebut.
POKMASWAS berharap dukungan dari berbagai pihak, baik akademisi maupun pemerintah, dapat menjadikan Pantai Taman Kili-Kili sebagai pusat konservasi penyu dan ekowisata yang unik serta menarik di Indonesia.