Bali – Rumah tradisional Bali mengikuti panduan arsitektural kuno yang memberikan manfaat psikologis. Di rumah-rumah tradisional Bali, penghuni bangun pada pagi hari yang sejuk di kamar tidur pribadi, berjalan melalui taman tropis yang berdesir ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Kemudian menikmatinya bersama di paviliun terbuka saat matahari terbit di langit, udara hangat di sekitar mereka, dan hari pun dimulai. Rumah-rumah ini memanfaatkan kearifan lokal dan pengetahuan tentang lingkungan sekitar untuk mengatur suhu, menyediakan akses ke tanaman hijau, dan mempromosikan privasi dan kehidupan komunal. Desain rumah-rumah tersebut mendukung kenyamanan fisik dan kesehatan mental penghuninya. Ini adalah cetak biru untuk generasi desain hijau berikutnya secara global.
Secara tradisional, rumah-rumah di pulau Bali merupakan bagian dari sebuah kompleks yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga yang memiliki hubungan kekerabatan. Kompleks ini mencakup paviliun terpisah untuk kamar pribadi, ruang keluarga dan kegiatan upacara, ditambah dapur, lumbung, dan tempat pemujaan keluarga di mana penghuninya dapat memuja leluhur. Ruang hijau terletak di antara berbagai bangunan.
Desain ini berkontribusi pada rasa memiliki dan kebersamaan, dan telah dipertahankan dari generasi ke generasi. Rasa memiliki yang sama menghubungkan desain rumah dan kesehatan mental: ruang yang membuat penghuninya merasa seperti di rumah akan meningkatkan relaksasi dan kesejahteraan. Kehidupan komunal dan hubungan dengan tempat tinggal juga berkontribusi pada rasa memiliki. Memiliki tempat untuk kembali akan merangsang perasaan kesinambungan, stabilitas, dan keabadian.
Privasi juga penting: memberikan penghuni rasa pengendalian atas lingkungan mereka dan mendorong kemudahan dan relaksasi.
Pada tahun 2050, sekitar 280 miliar meter persegi di seluruh dunia akan ditutupi oleh bangunan, dan sebagian besar dari bangunan ini akan berada di Asia. Bangunan-bangunan baru tersebut akan berbentuk vertikal dan terkonsentrasi di daerah perkotaan. Gedung-gedung bertingkat cenderung menciptakan perasaan kesepian, karena desainnya mengurangi interaksi sosial antar penghuninya. Seiring dengan semakin banyaknya orang yang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, desain bangunan menjadi penting. Tidak hanya dalam menyediakan akses ke keamanan, kehangatan dan kenyamanan, namun juga dalam meningkatkan kesejahteraan penghuninya. Daripada hanya berfokus pada efisiensi energi dan air, desainer bangunan berkelanjutan dapat mempertimbangkan kesehatan, kesejahteraan, dan pengalaman manusia. Rumah-rumah tradisional di Bali telah mempertahankan gayanya selama bertahun-tahun dengan menggunakan material yang disesuaikan dengan kondisi setempat.