Road to JMFW 2024: Forum Bisnis Peritel Indonesia Dorong Penguasaan Pasar Domestik Produk Kecantikan Dalam Negeri

Berita

Jakarta, 5 September 2023 — Kementerian Perdagangan mendorong bisnis produk kecantikan
dalam negeri agar semakin menguasai pasar domestik. Untuk itu, Kemendag menggelar Forum
Bisnis Peritel Indonesia yang mempertemukan peritel dalam negeri dengan produsen kosmetik
lokal hari ini, Selasa (5/9) di Jakarta. Forum tersebut mengambil tema “Connecting the Booming of
Local Cosmetics with Domestic Retailing”.
“Kita perlu bekerja sama menjalankan strategi untuk menjadikan produk kosmetik lokal makin
dikenal masyarakat. Salah satunya adalah mengembangkan pasar produk kosmetik dalam negeri
melalui sektor ritel. Kami harap para pelaku usaha ritel dengan jaringan distribusi yang kuat dapat
membantu pengembangan pasar produk kosmetik Indonesia,” ujar Direktur Jenderal
Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi saat acara berlangsung.
Forum Bisnis Peritel Indonesia hari ini menjadi bagian dari rangkaian sinergi oleh Jakarta Muslim
Fashion Week (JMFW) untuk mendukung industri penunjang modest fashion. Forum bisnis
tersebut digagas Kemendag bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Asosiasi
Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika (PPAK),
dan Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi).
Hadir sebagai narasumber dalam forum tersebut yaitu Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas
Mandey, Ketua Umum PPAK Solihin Sofian, dan Sekretaris Jenderal Perkosmi Yanne Sukmadewi.
Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kemendag Miftah Farid menyampaikan,
McKinsey & Company pada 2017 memperkirakan permintaan global produk kecantikan mencapai
USD 580 miliar. Perkiraan itu sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan kulit dan kecantikan.
“Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan permintaan terhadap makanan dan minuman serta
alas kaki. Fenomena serupa berlaku pula di Indonesia yang memiliki jumlah populasi wanita
mencapai 136 juta jiwa,” kata Miftah saat memberi sambutan.
Miftah menambahkan, di balik potensi tersebut produk kosmetik lokal harus bersaing ketat
dengan produk kosmetik impor yang semakin bermunculan di pasar Indonesia. Produk-produk
kosmetik Indonesia bersaing dengan produk-produk dari Jepang dan Korea Selatan dengan citra
mereka sebagai ikon kosmetik Asia. Menurut Miftah, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap kosmetik impor. Salah satu hal tersebut adalah
keamanan produk yang ditandai oleh sertifikasi dan pencantuman komposisi.
“Selain itu, reputasi jenama kosmetik impor di pasaran serta harga produk juga sangat
menentukan bagi konsumen sebelum membeli suatu produk. Konsumen terkadang masih memilih
produk impor bukan karena ragu terhadap produk lokal, tapi mereka kurang mengetahui atau
mengenal produk lokal,” ungkap Miftah.
Sementara itu, data Euromonitor pada 2022 mencatat bahwa terdapat 3,98 juta unit ritel di
Indonesia. Jumlah ini terdiri atas lebih dari 41 ribu ritel toserba, 1.500 pasar swalayan, dan 298
unit jenis hypermarket. Penjualan ritel mencapai Rp1.526,2 trilliun atau meningkat 8,6 persen dari 2021

Hal ini menunjukan bahwa pasar domestik semakin meningkat dan penjualan ritel
merupakan salah satu jaringan pemasaran bagi penjualan produk kosmetik di Indonesia.
“Untuk itu, kami berharap forum bisnis kali ini dapat menjadi langkah awal bagi industri kosmetik
dan industri ritel untuk menjalin kerja sama dalam meningkatkan pemasaran di dalam negeri, dan
selanjutnya hingga mancanegara,” jelas Miftah.
Sementara itu, Ketua Umum PPAK Solihin menuturkan, pada 2022, pasar kecantikan seperti
perawatan kulit, wewangian, tata rias, dan perawatan rambut menghasilkan pendapatan sekitar
USD 430 miliar secara global. Sejak melewati puncak pandemi Covid-19, pasar kecantikan
diperkirakan akan mencapai nilai sekitar USD 580 miliar pada 2027. Proyeksi pertumbuhan
diperkirakan 6 persen per tahun.
Begitupun di Indonesia, laporan Statista pada 2023 menunjukkan bahwa pendapatan di pasar
kosmetik berjumlah USD 1,85 miliar pada 2023 dan diperkirakan akan tumbuh setiap tahun
sebesar 5,26 persen.
Menurut Solihin, etalase toko dibutuhkan untuk terus meningkatkan pasar kosmetik di dalam
negeri. Etalase menjadi kebutuhan penting agar para pemakai kosmetik dapat melihat produk
secara langsung. “Menggunakan toko sebagai etalase untuk produk kosmetik adalah strategi
penting dalam bisnis. Etalase yang menarik dan efektif dapat membantu menarik perhatian
pelanggan, membangun citra merek yang kuat, dan meningkatkan penjualan produk,” kata
Solihin.
Pada kesempatan yang sama, Sekjen Perkosmi Yanne menjelaskan tentang daya saing kosmetika
Indonesia dan potensinya yang besar. Menurut Yanne, kosmetik tematik di Indonesia memperkaya
khasanah dunia kosmetika dan dapat menjadi keunikan tersendiri. Selain itu, kosmetik halal di
Indonesia memberi nilai lebih sehingga dapat mengisi pasar mancanegara yang memiliki penduduk
muslim.
Di samping itu, gaya hidup masyarakat masih terus berkembang. Kebutuhan untuk tampil cantik
dan menarik juga semakin tinggi. Klinik kecantikan tumbuh tidak hanya di kota-kota besar. Selain
gaya hidup, cara berdagang kosmetik juga berkembang mengikuti perubahan zaman. Salah satu
indikasinya adalah peningkatan penjualan kosmetik secara daring.
“Pemerintah dan pemangku kepentingan industri kosmetik secara berkesinambungan perlu
mendukung sekaligus mengawasi sektor ini. Dibutuhkan juga peraturan yang sejalan dengan
zaman dan upaya menjaga daya saing industri lokal agar bisa kompetitif di pasar,” tambah Yanne.
Ketua Umum Aprindo sekaligus ketua umum asosiasi ritel di asia pasifik atau Federation Asia
Pacific Retail Association (FAPRA), Roy Nicholas Mandey, mengatakan jaringan yang dibangun
Aprindo bisa dimanfaatkan produk lokal Indonesia ke pasar global.
“Kita bisa memanfaatkan networking FAPRA untuk memasarkan produk-produk unggulan ke pasar
global. FAPRA memiliki posisi penting untuk memengaruhi kebijakan, sehingga produk lokal bisa
masuk ke pasar global melalui kerja sama business to business (B-to-B). Kegiatan B-to-B ini perlu
dukungan fasilitasi pemerintah Indonesia, khususnya Kemendag, agar produk kosmetik lokal bisa
masuk ke jaringan FAPRA. Aprindo memimpin FAPRA hingga 2025, sehingga masih ada waktu dua
tahun lagi untuk berkolaborasi,” ungkap Roy.
JMFW 2024 akan dilaksanakan pada 19—21 Oktober 2023 di Indonesia Convention Exhibition (ICE)
Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang. Selain menampilkan ajang fesyen dan produk modest
fashion Indonesia, JMFW 2024 juga akan menghadirkan produk kosmetik buatan Indonesia yang
sudah dikenal masyarakat.

Leave a Reply