JAKARTA, 18 Juni 2024 – Presiden Joko Widodo mengingatkan agar waspada menghadapi isu iklim dan pangan di masa depan. Ia juga menyebut peringatan dari Sekretaris Jenderal PBB António Guterres bahwa dunia saat ini sedang menghadapi ‘neraka iklim’.
“Kita harus tetap waspada, hati-hati, tidak boleh lengah. Tantangan ke depan tidak mudah. Saya kira Bapak-Ibu sudah mendengar peringatan dari Sekjen PBB bahwa dunia menuju neraka iklim. Mengerikan. Neraka iklim. Suhu akan mencapai rekor tertinggi dalam lima tahun ke depan, hati-hati,” ujar Presiden di hadapan gubernur, bupati, dan wali kota se-Indonesia saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/06/2024) pagi dikutip dari setkab.go.id.
Presiden juga menyampaikan bahwa Indonesia telah mengalami gelombang panas selama setahun terakhir. Bahkan, suhu di India mencapai 50 derajat Celcius dan di Myanmar mencapai 45,8 derajat Celcius.
FAO (Food and Agriculture Organization) sendiri berpendapat, pada tahun 2050 dunia akan mengalami kekeringan yang berdampak pada kekurangan pangan. Oleh karena itu, Presiden menekankan pentingnya mengantisipasi kekeringan dan gelombang panas yang dapat berimbas pada produksi pangan dan inflasi.
“Artinya apa? Jangan main-main urusan kekeringan. Jangan main-main urusan gelombang panas. Larinya nanti bisa ke inflasi. Begitu stok tidak ada, produksi berkurang. Produksi berkurang stok tidak ada, artinya harga pasti akan naik. Otomatis itu. Hukum pasar memang seperti itu,” tutur Presiden Jokowi.
Untuk mengantisipasi rentetan masalah tersebut, Presiden telah menginstruksikan Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan TNI untuk memasang pompa-pompa air. Setidaknya, sekitar 20 ribu pompa dipasang di daerah-daerah produksi pangan, utamanya daerah penghasil beras.
“Saya cek kemarin di Jawa Tengah sudah masuk pompanya 1.400, tapi akan tambah lagi, terutama daerah-daerah produksi. Akan saya cek di lapangan. Sehingga betul-betul saat kering karena El Nino nanti di beberapa wilayah mungkin di bulan Juli sudah mulai, mungkin yang masuk ke Agustus, September, Oktober kita siap. Sehingga produksi tidak turun. Itu golnya kenapa dipasang pompa,” imbuh mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Selain pemasangan pompa, pemerintah dalam 10 tahun memiliki target membangun 61 waduk dan bendungan. Hingga saat ini, sudah 43 waduk dan bendungan yang diresmikan.
Namun, sambungnya, pembangunan waduk dan bendungan diperlukan sistem irigasi yang baik, termasuk saluran primer, sekunder, dan tersier agar air sampai ke sawah sehingga meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan.
Presiden juga menekankan pentingnya penerapan teknologi untuk meningkatkan produksi pada sektor pertanian dan perkebunan.
”Sekarang adalah eranya teknologi, eranya smart system. Utamanya yang di kabupaten kita harus bisa meng-upgrade sistem perekonomian kita menjadi smart agriculture, terutama untuk unggulan-unggulan yang ada di daerah kita masing-masing,” ujar Jokowi.
Presiden juga mengajak untuk mengundang investasi dalam membangun industri pengolahan agar nilai tambah dari setiap produksi pertanian dan perkebunan meningkat.
“Bangun juga sistem distribusi yang terintegrasi. Ini sudah dilakukan sekarang oleh RRT. Sehingga betul-betul sistem distribusinya betul-betul terintegrasi betul. Saya kira kalau koordinasi pusat dan daerah bisa berjalan, apa yang tadi saya sampaikan akan bisa kita lakukan,” pungkasnya.