Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) menggandeng Flinders University, Adelaide, Australia, untuk meningkatkan pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) guna mengelola kawasan konservasi perairan. Konservasi tersebut termasuk warisan bawah laut dan wisata bahari yang menyimpan beragam benda muatan kapal tenggelam (BMKT).
Kerja sama tersebut tertuang dalam minutes of meeting (MoM) yang ditandatangani Kepala BPPSDM KP Kementerian KP, I Nyoman Radiarta dan Professor Archaeology, College of Humanities, Arts and Social Sciences, Flinders University, Dr Martin Polkinghorne, Assoc, di Flinders University, Adelaide, Australia, Sabtu (7/10/2023).
Nyoman menjelaskan, kesepakatan itu merupakan peluang kerja sama pada area peningkatan kapasitas SDM melalui kegiatan akademik, seperti beasiswa program magister dan doktor, pelatihan serta pertukaran dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan, penyelenggaraan pertemuan ilmiah dan perkuliahan, serta dukungan program penyuluhan.
“Topik kerja sama lain yang juga dapat dijajaki antara lain manajemen dan teknologi perikanan, teknologi budidaya dan pengolahan produk, biologi kelautan, kesehatan ikan, manajemen patologi dan rekayasa kelautan, prosedur keselamatan dan permesinan, serta penanganan kapal dan navigasi,” jelas Nyoman dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (8/10/2023).
Menurut Nyoman, kerja sama tersebut juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat kelautan serta perikanan yang berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, seperti di wilayah Kepulauan Riau serta Ternate-Tidore. Adapun wilayah itu merupakan target bagi para pemburu harta karun (treasure hunter). Pada kerja sama itu, Kementerian KKP juga akan mengedepankan program strategis BPPSDM KP, yakni Smart Fisheries Village (SFV).
Program ini mengintegrasikan marine heritage dan marine tourism, “Program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tentang objek bawah air dan sejarah maritim Nusantara,” kata Nyoman. Untuk menunjang hal tersebut, lanjut Nyoman, diperlukan rencana aksi (roadmap) pengelolaan warisan budaya bawah air, termasuk menyiapkan sarana serta prasarana, seperti balai pelatihan, museum maritim, serta mengembangkan SDM cakap yang mampu mengelola BMKT.
Pada kesempatan itu, Nyoman beserta rombongan juga meninjau sarana dan prasarana Flinders University. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Southeast Asian Cheramic Alcheology Laboratorium (SEACAL) yang merupakan Institut Koleksi dan Analisis Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dari Asia Tenggara.
Kemudian, rombongan juga berdiskusi dengan Chief Researcher Flinders University Dr Martin Polkinghorne perihal peningkatan kapasitas SDM untuk metode analisis, pengelolaan, dan preservasi BMKT berbasis artificial intelligence (AI). Mereka juga mengunjungi pendopo serta Laboratorium Analisa dan Studi Benda Arkeologi dengan metode Scanning dan Microaechology untuk melihat benda-benda BMKT.
Nyoman menilai, penerapan teknologi yang serupa bidang medik pada analisis benda purbakala itu dapat mengungkap detail di luar catatan arkeologi dengan metode konvensional. Sebagai informasi, penandatanganan MoM itu juga menjadi salah satu bentuk implementasi “Technical Agreement Reuniting Orphaned Cargo Project: Underwater Cultural Heritage of the Maritime Silk Route”.
Kerja sama tersebut ditandatangani oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL) Kementerian KP dan Flinders University. Melalui perjanjian itu, Kementerian KP berharap dapat menyajikan marine heritage interpretation untuk kepentingan masyarakat Indonesia sekaligus meningkatkan narasi sejarah maritim Indonesia dalam konteks Maritime Silk and Spice Route.