Umumnya, sebuah lukisan dibuat pada kanvas. Namun seniman asal Trenggalek, Jawa Timur, Andreas Bayu Krisnianto menggunakan media kayu sebagai kanvasnya. Berbeda dengan ukiran, ia membuat karyanya seolah bergelombang dan membuat ilusi unik untuk mata.
Karya Andreas dapat dijumpai dalam pameran bertajuk “Flat and Volume” yang digelar di Artotel TS Suites Surabaya. Dalam pameran ini, Andreas menampilkan 6 karyanya.
Menurut Andreas, melukis di atas kayu tidak semudah membubuhkan lukisan di atas kanvas. Melukis di atas kayu memiliki kerumitan dan keunikan tersendiri. Sebab, sebagai sebuah media lukis, permukaan kayu cenderung tidak rata.
“Karakter seni saya itu gelombang, saya ingin menunjukkan bahwa sesuatu yang keras seperti kayu ini bisa menjadi lembut seperti ukiran seni ini,” ujarnya kepada Basra, Selasa (24/10).
Andreas mengaku sejak kecil senang menggambar. Dia menggunakan media lukis kayu karena di Trenggalek kayu sangat berlimpah. Karyanya beraliran abstrak, menyerupai relief yang menggambarkan objek dalam bentuk gelombang, tumpukan, susunan, kedalaman, ketinggian, lelehan, juga ledakan.
“Saya sangat mengagumi Candi Borobudur peninggalan Indonesia yang jadi warisan dunia. Maka saya mengabadikannya dalam gambar sketsa irisan stupa,” jelasnya.
Untuk menghasilkan warna-warna yang diinginkan, tak jarang Andreas harus meracik sendiri. Karena biasanya warna yang dikehendaki tidak dijual di toko.
Selain karya Andreas, dalam pameran tersebut juga menampilkan karya seniman muda lainnya, Ilham Woreum. Berbeda dengan Andreas, seniman asal Tasikmalaya itu justru lebih memilih kanvas sebagai media lukisnya.
Woureum dan Andreas sepakat untuk berkolaborasi menggelar pameran bersama tersebut. Jika Andreas menampilkan enam lukisan karyanya, maka Woreum memamerkan sepuluh karya lukisannya. Dan satu lagi lukisan kolaborasi hasil karya mereka berdua.