Karung Pelangi BerbahanDasar Sisa Produksi

Berita

Berbeda dengan industri lainnya, PT Dasaplast Nusantara
hampir tidak memiliki limbah. Pasalnya sisa produksi bisa
diolah menjadi karung pelangi yang masih memiliki nilai
jual dan banyak diminati.

BILA sebuah pabrik itu identik dengan limbah dan sampah, maka hal ini
tidak nampak di PT Dasaplast Nusantara. Berbahan dasar dari biji plastik murni, maka setiap sisa produksi
maka akan didaur ulang dan diproses lagi.
Manager Produksi dan Teknik PT Dasaplast Nusantara, Jarot Prabasasangka menjelaskan limbah
operasional PT Dasaplast Nusantara berupa cairan oli, kaleng kemasan
bekas cat serta kain majun sisa untuk membersihkan mesin. PT Dasaplast
Nusantara sudah memilliki tempat penyimpanan dan sudah berkordinasi
dengan Dinas Lingkungan Hidup setempat serta sudah bekerjasama dengan pihak ketiga

“Bisa dikatakan PT Dasaplast Nusantara ini sudah sustainable recycling. Dari sisa produksi, kami memproduksi karung pelangi yang sangat dibutuhkan oleh petani,” ungkapnya.
Sesuai dengan namanya, ungkap
Jarot, karung pelangi maka karung
ini diproduksi dari sisa-sisa bahan
produksi yang ada. Bila dibandingkan
dengan karung sekali pakai, maka
kualitas karung pelangi ini tentu lebih
baik. Sebab, pada dasarnya karung
pelangi juga terbuat dari biji plastik
murni sehingga kualitasnya lebih
bagus dan bisa dipakai berkali-kali.
Namun dari sisi harga masih sangat
terjangkau bagi pasar khususnya
petani.
Jarot menambahkan memang ada
beberapa produk reject yang sengaja
tidak didaur ulang namun barang
tersebut sudah ada pembelinya. Karena menggunakan biji plastik murni,
produk PT Dasaplast Nusantara
masih sangat memungkinkan untuk
kembali didaur ulang agar menjadi
produk plastik yang memiliki nilai
jual.
“Selain ada sisa bahan yang bisa
diproses, juga ada bahan yang tidak bisa diproses di in house atau
di dalam pabrik maka kami melemparnya ke pihak ketiga. Artinya
meskipun limbah atau sampah masih
memiliki nilai jual,” ungkapnya.
Limbah atau sampah yang tidak
bisa diproses sendiri, ada dua jenis.
Pertama adalah prongkol atau turunan
dari mesin ekstruder yang sudah
kotor. Sedang yang kedua adalah
sapon yaitu kumpulan sampah plastik
setelah dilakukan pembersihan di
area produksi.
Mengapa prongkol dan sapon tidak
bisa diproses ulang di dalam pabrik?
Ini karena kondisi kedua sampah
tersebut sudah sangat kotor dan tidak
memungkinkan untuk diproses dengan menggunakan mesin yang ada.
Sehingga pihaknya menjual ke pihak
ketiga yang oleh mereka akan diolah
untuk dijadikan ember, pot bunga,
dan lainnya.
Tidak hanya ramah lingkungan,
PT Dasaplast Nusantara juga melaksanakan CSR, baik itu digelar secara
mandiri maupun kegiatan yang
bekerjasama dengan pihak pemerintah daerah baik pemerintah desa atau
kecamatan.
“Biasanya pemerintah desa atau
kecamatan itu minta bantuan karung
untuk bendungan banjir. Selain itu
juga ikut kegiatan sedekah bumi dari
pemerintah desa,” ujarnya.
Di bidang pendidikan, PT Dasaplast Nusantara juga membantu
pengembangan fasilitas pendidikan
di daerah sekitar pabrik. PT Dasaplast juga membantu pembangunan
infrastuktur jalan serta sarana ibadah
di desa sekitar perusahaan.

Leave a Reply