JAKARTA, 31 JULI 2024 – Pendidikan vokasi tidak hanya menyiapkan lulusan siap kerja, akan tetapi juga berwirausaha. Untuk itulah, berbagai program dirancang untuk mendukung kewirausahaan peserta didik vokasi. Mulai dari jenjang SMK hingga perguruan tinggi vokasi.
Serangkaian program yang dimaksud seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), dan juga Program Dana Padanan Kampus Vokasi. Program-program tersebut terbukti berhasil mendorong praktik-praktik kewirausahaan para mahasiswa. Bahkan hingga berhasil membangun sebuah produk atau jenama hingga saat ini.
Salah satu praktik baik dari rangkaian program terkait kewirausahaan adalah Salamatul Hifdiyah atau Salma, alumnus Politeknik Negeri Malang (Polinema). Bersama dengan dua rekannya sesama alumni Polinema, yakni Prasasti Valentina Gustama dan Syayyidah Fatimatuz Zahro, Salma berhasil membangun Gosoya.
Gosoya adalah sebuah produk olahan dari tempe yang cukup terkenal di Malang, Jawa Timur.
Salma menceritakan bahwa pengembangan Gosoya tidak bisa dilepaskan dari program kewirausahaan yang Ia dan dua rekannya ikuti saat masih menjadi mahasiswa di Polinema.
“Selama kurang lebih satu tahun, saya melakukan PKM dan juga PMW dari Ditjen Pendidikan Vokasi dengan melakukan riset dan mencari tahu lebih untuk proses pembuatan tempe langsung bersama para penggiat keripik tempe. Kita juga melakukan trial and error dan akhirnya terciptalah produk jajanan. Salah satunya produk tempe pelangi ketawa,” ucap Salma pada talkshow bertajuk “Strategi Branding untuk Wirausaha Pemula” di acara BBI/BBWI X VokasiFest 2024.
Salamatul menambahkan bahwa, melalui program tersebut, mereka berhasil mendapat dukungan pendanaan untuk mengembangkan usahanya tersebut. “Karena mendapatkan dukungan dana dari pendidikan vokasi, saya bisa membeli alat food dehydrator. Sehingga proses pengeringannya produksi kripik tempe ini menjadi lebih cepat,” tambah Salamatul.
Hingga saat ini, Gosoya telah menciptakan beragam produk. Mulai dari makanan berbahan dasar tepung kedelai seperti tempe pelangi, kukis, bahkan hingga sabun. Nama Gosoya juga semakin dikenal oleh masyarakat karena berhasil melibatkan para perajin tempat sekaligus pemberdayaan terhadap masyarakat, khususnya perajin tempe.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati mengatakan, program program ini ditujukan untuk mendorong para murid pendidikan vokasi untuk lebih kreatif dalam melahirkan berbagai inovasi terbaru. “Harapannya, ide tersebut dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada dan menciptakannya sebagai sebuah bisnis yang berkelanjutan,” jelas Kiki.
Tidak hanya mendorong pengembangan kewirausahaan mahasiswa vokasi, melalui program Dana Padanan, Ditjen Pendidikan Vokasi juga mendukung kewirausahaan dengan mengembangkan inovasi-inovasi tepat guna untuk mendukung para pengembangan kewirausahaan, termasuk Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM)
Perlu Strategi
Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia Kreatif) Jakarta, Tipri Rose Kartika mengatakan, kewirausahaan mahasiswa tidak hanya didorong dengan bagaimana mahasiswa dapat menciptakan sebuah produk. Akan tetapi juga diarahkan pada bagaimana membangun branding yang sesuai agar usaha yang didirikan oleh para mahasiswa dapat bertahan.
Branding diperlukan tidak hanya untuk mengembangkan bisnis, akan tetapi juga menciptakan sebuah perspektif khusus terhadap produk atau jasa yang diberikan.
“Melalui strategi branding yang sesuai, konsumen dapat mengetahui keunikan tersendiri dari sebuah produk atau jasa yang dimiliki oleh sebuah bisnis. Hal ini termasuk dalam menetapkan sebuah keunikan untuk meningkatkan ketertarikan konsumen hingga akan menciptakan trust dan menjadi konsumen yang loyal,” ucap Dr. Tipri Rose Kartika.
Senada dengan Tipri, Irvan Helmi, Co-Founder Anomali Coffee menambahkan bahwa dalam proses branding diperlukannya visi yang terkoneksi antara pemilik bisnis dan juga pelanggan (customer). “Hal ini dapat menciptakan trust tersendiri dari produk yang disampaikan,” ucap Irvan.
Irvan memberikan contoh pada proses pembuatan kopi. “Kami ingin memberikan edukasi kopi yang enak seperti apa kepada customer kita. Caranya, kita ajak mereka untuk melihat salah satu proses penggilingan (roasting) kopi untuk memperlihatkan bagaimana kopi yang enak dibuat. Dan akhirnya, hal ini dapat memberikan trust konsumen terhadap produk kopi yang kami tawarkan,” tambah Irvan.