TANA PASER- Dalam rangka melestarikan adat budaya kearifan lokal di Kabupaten Paser serta melaksanakan syukuran atas rahmat Tuhan dengan berhasilnya masa panen. Masyarakat Desa Damit Kecamatan Paser Belengkong menggelar Festival Awa Bedampar di penangkaran Beluku Desa Damit, Minggu (12/11).
Dalam kegiatan Festival Awa Bedampar, melaksanakan beberapa kegiatan kebudayaan Paser diantaranya Kuntau Paser, Tarian Ronggeng, Bakar Lemang, Sengkarok Damit, Belogo Bawe Paser serta pelepasan hewan endemik Paser Beluku. Acara dibuka Kepala Disdikbud Kabupaten Paser M Yunus Syam. Turut dihadiri Kepada Desa Damit Syatta Noorhadi, Ketua LAP Kabupaten Paser Aji Ayub, Ketua Bawe Paser Kabupaten Paser Rusnawati serta seluruh masyarakat Desa Damit.
M Yunus Syam mengatakan, acara Awa Bedampar ke 4 Desa Damit Kecamatan Paser Belengkong ini merupakan kegiatan yang dapat menarik masyarakat luas jika kegiatan ini masih terus dipertahankan dan tentunya dapat menjadikan Desa Damit menjadi objek wisata kearifan lokal.
“Semoga kita tetap konsisten apalagi Kabupaten Paser menjadi mitra strategis IKN Nusantara, sehingga pengunjung dari luar baik wisatawan lokal maupun mancanegara tertarik untuk berkunjung ke Kabupaten Paser,” kata M Yunus Syam di sela-sela kegiatan.
LAHAN PERSAWAHAN, BISA DIJADIKAN SEPERTI BALI
Dia melanjutkan, salah satu yang dapat dijadikan contoh yakni lahan dari daerah luar yakni persawahan yang ada di Bali yang menjadi destinasi wisata. Diketahui Bali tak hanya menyuguhkan hijaunya persawahan namun kentalnya adat dan budaya yang tetap dipertahankan di Bali secara turun temurun dan itu diharapkan dapat diadopsi di Kabupaten Paser.
” Tidak menutup kemungkinan Paser terutama di Desa Damit bisa seperti di Bali yang menyajikan hijaunya persawahan serta adat istiadat budaya Paser,” ujarnya.
Selain rangkaian kebudayaan yang dilaksanakan, kegiatan ini juga melepas hewan liar endemik langka yang bernama Biuku. Kurang lebih sebanyak 150 ekor yang ada di Kabupaten Paser yang telah dilakukan penangkaran di Desa Damit kurang lebih selama 1,5 tahun.
Desa Damit memang menjadi benteng terakhir yang menjadi habitat spesies kura-kura air tawar di Kabupaten Paser ini, untuk itu tidak berlebihan jika kita beri apresiasi kepada seluruh panitia beserta pihak yang terlibat.
“Semoga acara ini dapat terus dilestarikan hingga di wariskan ke anak cucu kita kelak, jadi tidak hanya menjaga adat budaya kita namun juga dapat melestarikan lingkungan dan menjadi prioritas kita bersama,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Panitia Festival Awa Bedampar Achmad Ansari berharap kegiatan ini dapat terus berlangsung kedepannya. Kegiatan ini merupakan selain melestarikan lingkungan hidup serta melestarikan kebudayaan Paser.
“Dalam kegiatan ini juga banyak para anak anak muda yang turut hadir dan menyakinkan bahwa kebudayaan asli daerah 4 sampai 5 tahun kedepan masih dilestarikan,” kata Achmad Ansari.