
CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani
JAKARTA, 6 OKTOBER 2025 – Danantara Indonesia menegaskan komitmennya dalam mendukung pengelolaan sampah nasional melalui investasi strategis di sektor Pengolahan Sampah Menjadi Energi (Waste-to-Energy/WtE).
Inisiatif ini menjadi salah satu pilar penting dalam upaya mendukung pembangunan berkelanjutan dan mewujudkan target Net Zero Emission Indonesia tahun 2060.
CEO Danantara Indonesia sekaligus Kepala Badan Pelaksana Investasi, Rosan Roeslani, dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengolahan Sampah Menjadi Energi di Wisma Danantara, menekankan bahwa persoalan sampah di Indonesia adalah tantangan besar yang memerlukan solusi inovatif dan kolaboratif.
“Indonesia menghasilkan sekitar 35 juta ton sampah per tahun, dan sebagian besar belum dikelola secara optimal. Ini tidak hanya menimbulkan ancaman bagi lingkungan dan kesehatan, tetapi juga berkontribusi pada meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK),” jelas Rosan.
Melalui teknologi Waste-to-Energy, setiap fasilitas yang mengelola 1.000 ton sampah per hari mampu menghasilkan sekitar 15 megawatt listrik, cukup untuk memenuhi kebutuhan energi lebih dari 20.000 rumah tangga. Tak hanya itu, teknologi ini juga dapat mengurangi emisi GRK hingga 80% dibandingkan metode pembuangan konvensional, serta menghemat penggunaan lahan hingga 90%.
Rosan juga menyampaikan bahwa struktur program WtE kini semakin berpihak kepada daerah. Salah satu perubahan penting adalah dihapusnya kewajiban tipping fee bagi pemerintah daerah. Biaya ini kini akan ditanggung oleh PLN dengan subsidi dari pemerintah pusat, sehingga tidak membebani APBD dan meningkatkan keberlanjutan proyek.
Rakornas WtE yang digelar pada 30 September 2025 menjadi forum strategis yang mempertemukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta sektor swasta, termasuk Danantara Indonesia, dalam mempercepat realisasi proyek WtE di berbagai wilayah. Acara ini dihadiri oleh sekitar 250 peserta, termasuk kepala daerah dan perwakilan teknis dari 20 daerah prioritas.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Danantara Indonesia dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, yang turut hadir dalam Rakornas, menyatakan bahwa program Waste-to-Energy merupakan terobosan strategis dalam penanganan sampah berbasis hilirisasi. Energi hasil pengolahan sampah ini akan langsung diserap oleh PLN, sementara peran pemerintah daerah adalah memastikan pengumpulan dan pengangkutan sampah hingga ke tempat pengolahan.
“Manfaat dari program ini sangat jelas: lingkungan menjadi bersih, beban daerah dalam mengelola sampah berkurang, dan negara memperoleh energi terbarukan. Dengan skema baru tanpa tipping fee, daerah hanya perlu memastikan ketersediaan sampah sebanyak 1.000 ton per hari. Proses pengolahannya akan didukung oleh PLN dan Danantara Indonesia,” ujar Tito.
Lebih dari sekadar solusi lingkungan, proyek WtE juga membuka peluang ekonomi yang besar. Setiap pembangunan fasilitas WtE diperkirakan akan menciptakan sekitar 4.000 lapangan kerja selama fase konstruksi, dan 300 pekerjaan tetap saat operasional.
Proyek ini juga memperkuat rantai pasok lokal dan meningkatkan nilai lahan serta daya tarik pariwisata daerah.
Dengan dukungan regulasi, skema pendanaan yang solid, dan teknologi global yang telah terbukti, Indonesia berada dalam posisi strategis untuk menjadi pusat investasi hijau di Asia Tenggara. Danantara Indonesia secara terbuka mengundang investor domestik dan internasional untuk bergabung dalam pengembangan proyek Waste-to-Energy di berbagai provinsi.